ITB Pilih Spentriba Sekolah Siaga Bencana Gunung Api
Karangasem, JARRAKPOS.com – Institut Teknologi Bandung (ITB) memilih Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bebandem (Spentriba) sebagai obyek penelitian Sekolah Siaga Bencana Gunung Api selama tiga tahun. Pemilihan tersebut karena terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Agung (Udaya Parwata) sehingga dipandang perlu menyiapkan kesiapsiagaan terhadap bencana erupsi yang bisa terjadi sewaktu-waktu yang kini masih berstatus siaga level III.
“Kami mendorong agar sekolah mampu menyiapkan kesiapsigaan lebih dini sebagai upaya pengurangan resiko terjadinya bencana dari ancaman dan bahaya yang ada,” kata Ketua Peneliti Pengabdian Masyarakat ITB Asep Saepuloh Dr. Eng di Karangasem, Jumat (7/9/2018).
Hal itu disampaikan usai melakukan simulasi evakuasi terjadinya bahaya erupsi Gunung Agung dan gempa bumi. Penelitian tersebut yang berlangsung selama tiga hari 6-8 September 2018 di SMPN 3 Bebandem. Hadir pula Anggota Tim Peneliti ITB I Gusti Eddy Sucipta, Kepala SMPN 3 Bebandem I Wayan Jati dan Wakil Kesiswaan (Wakasek) SMPN 3 Bebandem Ida Wayan Gotama Adi Putra.
Kegiatan itu sebagai bentuk “Kepedulian Sosial Pendidikan, Pendampingan dan Penyuluhan Penanganan Darurat Bencana Penanggulangan Bencana Gunung Api”. Menurutnya, mitigasi tersebut wajib disiapkan dan dilatih secara berkelanjutan sehingga siswa dan komponen sekolah lebih tanggap terhadap bencana. “Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, kita hanya mampu menyiapkan diri dalam menghadapi itu,” ujarnya.
Kegiatan itu memilih sekolah karena tempat tersebut sering dijadikan lokasi pengungsian maupun distribusi logistik pasca bencana. Disamping anak-anak sekolah punya kemampuan belajar dan menyampaikan pengatahuannya lebih cepat. “Anak-anak sebagai kunci mempromosikan budaya keselamatan kepada keluarga dan masyarakat dengan efektif,” ungkapnya.
Mengingat, Indonesia memiliki 127 gunung api yang telah menjadi catatan buruk yang menelan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Semisal yang terjadi pada erupsi Gunung Tambora (1815), Gunung Krakatau (1883) termasuk Gunung Agung (1963). Apalagi adanya peningkatan aktivitas Gunung Agung sejak tahun 2017 yang sempat menimbulkan kepanikan warga masyarakat Karangasem serta mempengaruhi perekonomian daerah dan nasional.
Dengan itu dibutuhkan sistem dan manajemen mitigasi yang terukur dan terencana, khususnya dimulai dari lingkungan sekolah. Ia tergabung dalam Kelompok Keahlian (KK) Petrologi, Volkanologi dan Geokimia Fakuktas Ilmu dan Teknologi Kebumian menjelaskan, tahun pertama mengutamakan pada edukasi kebencanaan, pendataan sumber daya baik infrastruktur, sistem, dan. jalur evakuasi.
Memasuki tahun kedua akan memastikan sistem yang dijalakan lebih paten dilengkapi dengan peringatan dini sebagai “early warning”. Sedangkan tahun ketiga akan melakukan penelitian yang melibatkan masyarakat, bukan hanya warga sekolah. Untuk itu, nantinya sekolah masuk standard siaga bencana ketika memenuhi lima parameter yakni pengetahuan dan sikap, kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini dan mobilisasi sumber daya tanpa ada korban.
Keberhasilan penelitian tersebut diharapkan sekolah lainnnya dapat menerapkan dengan baik dengan dukungan semua komonen daerah masing-masing. Sementara itu, Kepala SMPN 3 Bebandem I Wayan Jati menyambut baik sesuai dengan rencana untuk memberikan kepastian mitigasi anak-anak. “Upaya itu agar orang tua murid tidak khawatir apabila terjadi bencana erupsi maupun gempabumi,” ungkapnya.
Ia juga telah menyiapkan tim siaga bencana untuk mendukung anak-anak dalam edukasi, pelatihan ataupun penanganan ketika bencana. Tim tersebut juga ada pada masing-masing kelas, memudahkan manajemen evakuasi..Untuk itu, pihaknya dapat melengkapi dengan sirine maupun kulkul. Wakasek SMPN 3 Bebandem Ida Wayan Gotama Adi Putra mengaku akan melatih simulasi evakuasi setiap minggu ketika latihan Pramuka. “Kami akan memantapkan sosialisasi dan pelatihan SMPN 3 Bebandem bersama OSIS dan Pramuka,” ungkapnya. Kegiatan itu untuk membiasakan diri dan menularkan kepada kelaurga. aya/ama
Sumber berita : https://jarrakpos.com/2018/09/07/itb-pilih-spentriba-sekolah-siaga-bencana-gunung-api/