Peneliti ITB Raih Penghargaan L’Oreal Fellowship For Women In Science 2012
Empat perempuan peneliti Indonesia mendapat penghargaan dari PT L’Oreal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemendikbud) sebagai Fellows L’Oreal-UNESCO for Women In Science (FWIS) National 2012.
Salah satu Fellows L’Oreal For Women in Science Nasional 2012 adalah Elvi Restiawaty, Ph.D, dari Sekolah Teknologi dan Ilmu Hayati ITB dari kategori Life Sciences.
Limbah biodiesel yang berdampak buruk terhadap lingkungan telah menggugah pikiran seorang Elvi Restiawaty, dosen dan peneliti Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menelitinya. Ia yakin limbah tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang berguna. Lantas, ia pun menemukan suatu pemikiran yang ia tuangkan dalam proposal penelitian. Tak disangka, proposal itu pun berhasil mengantarkan dirinya memenangkan penghargaan ilmiah bergengsi, L’Oréal Indonesia National Fellowship for Women in Science 2012.
Adapun judul penelitian yang akan dilakukannya adalah “Pemanfaatan Limbah Biodiesel untuk Produksi Gliserol-3-Fosfat (G3F) dengan Menggunakan Enzim Termostabil dari Bakteri Asal Perairan Kawasan Hydrothermal Vent Kepulauan Kawio, Sulawesi Utara.”
“Setiap produksi biodiesel sebanyak 683 juta liter menghasilkan 68 juta liter gliserol. Jadi, 10 persen dari produk utama,” terang Elvi kepada SWA Online, di Jakarta, Rabu (12/12/2012),
Melihat jumlah gliserol yang dihasilkan dari limbah biodiesel cukup banyak, lantas ia pun tergerak untuk melakukan penelitian terhadap hal itu. Pasalnya, limbah tersebut tidak bisa dibuang begitu saja ke alam. Limbah tersebut harus diolah atau dimurnikan. Namun, menurut Elvi, pemurnian limbah biodiesel ini tidak murah.
Ia pun lantas mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan bakteri yang berasal dari perairan laut dalam kawasan hydrothermal vent Kepulauan Kawio, Sulawesi Utara, ini. Bakteri ini telah diambil sebelumnya oleh peneliti ITB bekerja sama dengan sejumlah pihak di tempat tersebut. “Sampelnya sudah diambil tapi belum dikarakterisasi bakterinya untuk enzim yang akan saya ambil. Ada 18 isolat yang sudah tersedia di Pusat Ilmu Hayati ITB,” kata ibu dari dua anak ini.
Penelitian lanjutan ini tujuannya untuk melakukan isolasi dan karakterisasi enzim gliserol kinase dari mikroorganisme lokal yang berasal dari perairan laut dalam tersebut. Gen pengkode gliserol kinase lalu diekspresikan pada Escherichia Coli, yang nantinya dapat digunakan sebagai biokatalis dalam produksi G3F sebagai produk samping industri biodiesel. “E Coli sebagai host saja,” lanjutnya.
Disebutkan wanita yang mengenyam pendidikan doktor di Osaka University ini, G3F bisa digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan obat, seperti vaksin, dan produk kosmetika. “Ini sebagai zat perantara untuk pembuatan vaksin, bahan baku kosmetik,” ujar Elvi.
Rencananya, ungkap dia, penelitian bisa dimulai sekarang ini atau pada bulan Januari 2013. Penelitian pun akan dilakukan beberapa tahap. Misalnya, tahap karakterisasi enzim bisa memakan waktu hingga enam bulan. Lalu dari situ, sintesis skala laboratorium bisa menghabiskan waktu 6-12 bulan.
Menurut dia, hambatan penelitian ini ada di peralatan. Di laboratorium tempat dia bekerja, hanya ada inkubator dengan suhu hanya sampai 90 derajat celcius. Padahal, ia menginginkan inkubator yang suhunya bisa sampai lebih dari 100 derajat celcius. “Karena kemampuan hidupnya itu bakteri sampai 100 derajat celcius lebih,” lanjutnya. Jadi, intinya ini mengkonversi gliserol yang dari biodiesel jadi gliserol-3-fosfat.
Link terkait berita:
http://swa.co.id/profile/elvi-manfaatkan-limbah-biodiesel-untuk-produksi-g3f
http://life.viva.co.id/foto/read/8730-penghargaan–for-woman-in-science-national-2012