Enter your keyword

Gempa Kumamoto 2016, M6,2 dan M7

Gempa Kumamoto 2016, M6,2 dan M7

Gempa Kumamoto 2016, M6,2 dan M7

Gempa Kumamoto 2016 dengan M6,2 (USGS) atau M6,4 (JMA), terjadi pada 14 April 2016 pukul 21:27 (JST). Gempa ini terjadi sebagai akibat sesar geser dengan dominan pergerakan mendatar. Mekanisme sesar berdasarkan mekanisme fokal dan sebaran gempa susulan kemungkinan menganan dengan arah sesar (strike) northeast (NE). Dengan kedalaman yang dangkal maka gempa dirasakan sampai intensitas VIII dan berpotensi untuk merusak.

 

Gempa ini kemudian diikuti dengan gempa M7 pada 16 April 2016 pukul 01:25 (JST) atau 28 jam sesudah gempa pertama. Seperti gempa yang pertama, gempa ini juga memiliki mekanisme sesar geser mendatar. Dengan magnitude yang lebih besar dari sebelumnya maka intensitas dari gempa ini mencapai IX sehinga sangat merusak.

 

Kedua gempa ini telah mengakibatkan 13 warga meninggal (berita sampai pkl 9 ,16 April 2016) dan lebih dari 44 ribu warga harus dievakuasi. Penyebab terjadinya goncangan yang sangat keras, selain magnitudenya yang besar serta lokasi yang dangkal yaitu gempa terjadi pada lapisan sediment yang lunak sehingga memperkuat tingkat goncangan gempa.

 

Karakteristik penting dari gempa ini yaitu: gempa pertama bisa dianggap sebagai gempa awal (foreshock) untuk gempa yang lebih besar. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa foreshock disebabkan oleh heterogenitas pada bidang gempa, selain bisa juga disebabkan oleh proses picuan (triggering) dari gempa sebelumnya.

 

Pembelajaran untuk Indonesia.

Beberapa hal penting dari gempa ini yang bisa menjadi pembelajaran untuk Indonesia yaitu :

  1. Sangat diperlukan pemahaman akan potensi ancaman dari sumber gempa yang mungkin belum terkuantifikasi dengan baik parameternya. Terutama sumber gempa yang dekat dengan perkotaan atau berpenduduk padat.

  2. Goncangan gempa bisa diperkuat apabila terdapat lapisan sediment. Beberapa kota besar di Indonesia
    berdiri pada jenis tanah superit ini : Jakarta, Bandung, Surabaya dll

  3. Terdapat potensi bahwa suatu gempa besar bisa diikuti oleh gempa lebih besar lainnya. Gempa yang pertama merupakan foreshock (guncangan awal) bagi gempa selanjutnya.

Narasumber: Dr. Irwan Meilano

 

Gambar Goncangan akibat gempa M7.0 (sumber USGS)